20 Jun 2011

Bung Karno dalang g30S/PKI ?

Bung Karno Dalang G30S/PKI?

Baru-baru ini, Antonie Dake merilis buku karyanya yang dipandang banyak pihak
mendiskreditkan peran Soekarno dan memutarbalikkan  fakta sejarah masa itu. Buku itu berjudul
Sukarno: Berkas-berkas Soekarno 1965 – 1967. Boleh jadi, buku tersebut memberi sensasi yang tak
kalah ramainya dari gosip selebritis atau isu reshuffle di pemerintahan.
Berbeda dari jaman orde baru dulu, dalam era reformasi seperti ini, praktis setiap orang
bebas dan berhak untuk menyatakan pendapat atau menerbitkan buku tanpa ada upaya untuk
menghambat atau menghalangi atas kepentingan tertentu, sehingga kedewasaan sikap dan
kejernihan berpikir kita benar-benar dituntut agar tidak berujung pada dendam atau permusuhan.
Pada acara peluncuran bukunya, secara gamblang Dake berpendapat bahwa Soekarno
adalah mastermind kudeta 1 Oktober 1965. Dake juga menyebutkan bahwa Central Intelligent
Agency (CIA) maupun Mayjen Soeharto kala itu, tidak memiliki keterkaitan yang kuat. Pernyataan
tersebut langsung mendapat respon keras dari Sukmawati Soekaroputri, yang juga ketua Partai
Nasional Indonesia Marhaen, Red Banteng.
Dake adalah seorang akademisi dari Belanda yang memperoleh gelar PhD di bidang ilmu
politik di Universitas Freire, Berlin. Ia pernah menjadi wartawan dan CEO pada perusahaan media
massa. Dake secara kebetulan juga pernah menulis buku In the Spirit of the Red Banteng: Indonesia
Communism between Moscow and Peking yang merupakan disertasinya untuk memperoleh gelar
doktor. Sayang, buku tersebut dilarang beredar di Indonesia.
Salah seorang teman yang telah membaca buku ini mengeluh karena isinya sama sekali
tidak ilmiah. Ia justru mempertanyakan kapasitas keprofessoran yang diperoleh Dake dari pendidikan
di barat. Tesis Dake memang sangat argumentatif, apalagi bukti-bukti sejarah yang mendukung
masih merupakan ”dokumen tertutup”. Kita mungkin juga ingat sekitar awal tahun 1990an sempat
terbongkar bahwa CIA mempunyai banyak wartawan dan  penulis dalam “daftar gajinya”, yang
menulis menurut dan sesuai dengan pengarahannya. Memang segalanya serba mungkin, apalagi
sehubungan dengan badan intel ini.
Memang saya tidak bisa banyak bercerita tentang pemerintahan Soekarno. Akan tetapi,
mengenai kemungkinan keterlibatan Bung Karno terhadap G30S/PKI saya mungkin bisa menjawab:
bisa-bisa saja. Tidak tertutup kemungkinan untuk itu. Analogi tentang pengingkaran Bung Karno
terhadap G30S/PKI sebenarnya sama saja dengan pengingkaran Pak Harto terhadap insiden 13 Mei.
Pengalihan tanggung jawab 13 Mei disebabkan oleh ketidakadilan sosial dalam ras sebagai kambing
hitam.
Sukmawati, yang juga hadir pada acara launching buku tersebut, menolak tesis Dake dengan
alasan tidak logis karena Soekarno justru jatuh akibat G30S/PKI, seperti halnya Soeharto yang jatuh
akibat Mei 1998. Namun, bisa juga diambil analogi bahwa kejatuhan Soeharto adalah konsekuensi
skenario yang gagal dalam represi untuk menangkap mahasiswa dan tokoh oposisi seperti ingin
mengulang Malari 74. Sayangnya (atau untungnya?) mahasiswa bukannya turun ke jalan melainkan
justru menduduki Gedung MPR/DPR. Sesuatu yang mungkin jauh dari prediksi Pak Harto kala itu.
Saya juga pernah berjumpa dengan Pak Harto, walau tidak secara personal. Memang terlihat
bahwa beliau adalah orang yang relatif baik, terlepas dari sikap politisnya yang banyak mengundang
kritik. Saya rasa, Bung Karno pun juga demikian. Beliau tetap merupakan proklamator bangsa,
pahlawan besar dengan kepribadian kuat dan sikap yang perlu diteladani. You all had my respects.
Saat ini saya masih menunggu kiriman buku itu dan belum membacanya. Tapi, apapun isi
tulisan tersebut, seharusnya tidak perlu diperpanjang lagi kecuali sekedar sebagai bahan referensi
saja. Kondisi negeri ini sudah cukup ricuh dan semrawut. Seharusnya kaum intelek seperti Dake
mampu menghadirkan ketenangan dan mempercepat proses pemulihan bangsa ini, bukannya
memperkeruh suasana sehingga menimbulkan gonjang-ganjing di dunia persilatan ini.
Padahal, nyaris tidak ada dampak konkrit yang secara langsung dapat dinikmati oleh rakyat jelata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar