20 Jun 2011

fakta di balik G30 S PKI

Terilhami dari tulisan Jarar Siahaan di BatakNews yang berjudul “Pantaskah Soeharto
Diampuni”, dan dari peringatan 9 tahun turunnya Rezim Soeharto, aku coba manuangkan
apa yang aku ketahui lalu simpulkan berdasarkan fakta dari kejadian yang terjadi 42 tahun
silam di Jakarta, tepatnya tentang peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Mudah-mudahan
apa yang aku tulis ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai kejadian
yang sebenarnya. Perlu aku tegaskan sekali lagi ini adalah versiku, tanpa mengurangi rasa
hormat terhadap versi lain yang lebih benar.
Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa
bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di tahun 1965, di Indonesia hanya ada satu
Jendral dan dia adalah Mayjen TNI Soeharto. Menurutku ahli sejarah itu juga termakan
image yang sengaja dibuat Soeharto bahwa dia adalah orang yang paling berjasa atas
dibubarkannya Partai yang kini dianggap sebagai partai terlarang di negeri kita.
Soeharto adalah seorang prajurit TNI berpangkat cukup tinggi dan juga memegang
salah satu jabatan penting dalam jajaran TNI sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan
Darat (Kostrad). Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, Soeharto adalah seorang perwira
tinggi yang tidak terlalu diperhitungkan. Itu juga menjadi penyebab tidak terteranya nama
Soeharto dalam daftar 7 jendral yang menjadi target pembunuhan dalam pemberontakan
PKI.
Terilhami dari tulisan Jarar Siahaan di BatakNews yang berjudul “Pantaskah Soeharto
Diampuni”, dan dari peringatan 9 tahun turunnya Rezim Soeharto, aku coba manuangkan
apa yang aku ketahui lalu simpulkan berdasarkan fakta dari kejadian yang terjadi 42 tahun
silam di Jakarta, tepatnya tentang peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Mudah-mudahan
apa yang aku tulis ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai kejadian
yang sebenarnya. Perlu aku tegaskan sekali lagi ini adalah versiku, tanpa mengurangi rasa
hormat terhadap versi lain yang lebih benar.
Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa
bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di tahun 1965, di Indonesia hanya ada satu
Jendral dan dia adalah Mayjen TNI Soeharto. Menurutku ahli sejarah itu juga termakan
image yang sengaja dibuat Soeharto bahwa dia adalah orang yang paling berjasa atas
dibubarkannya Partai yang kini dianggap sebagai partai terlarang di negeri kita.
Soeharto adalah seorang prajurit TNI berpangkat cukup tinggi dan juga memegang
salah satu jabatan penting dalam jajaran TNI sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan
Darat (Kostrad). Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, Soeharto adalah seorang perwira
tinggi yang tidak terlalu diperhitungkan. Itu juga menjadi penyebab tidak terteranya nama
Soeharto dalam daftar 7 jendral yang menjadi target pembunuhan dalam pemberontakan
PKI. atas keutuhan Pancasila (itu kata rezim Orde Baru)  namun berhasil ditumpas sampai ke
akar-akarnya oleh seorang perwira tinggi bernama Soeharto. Sebuah cerita isapan jempol.
Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, ada sebuah film yang wajib
ditonton oleh semua siswa sekolah dasar di suluruh  tanah air. Film itu adalah
“Pemberontakan G 30 S PKI”. Aku juga sebagai salah seorang siswa SD ikut menonton film
tersebut. Hal ini sangat aku sesali sekarang karena ternyata film itu tidak menceritakan
kejadian yang sebenarnya terjadi. Fakta telah diputarbalikkan oleh seorang yang juga
diperankan dalam film tersebut.
Kalau anda sempat menonton film tersebut dan mendengar kata “Resolusi Dewan
Jendral” yang sempat beberapa kali disebutkan dalam film tersebut, hal itu benar adanya.
Resolusi Dewan Jendral memang ada. Beberapa orang Jendral pada saat itu sedang
merencanakan untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan.
Para pemimpin PKI kala itu cukup resah dengan adanya isu tentang resolusi Dewan
Jendral. Mereka khawatir jika para jendral berhasil, maka posisi mereka berada di ujung
tanduk. Untuk itu mereka harus bergerak cepat, berpacu dengan waktu untuk menumpas
para jendral yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral, sebelum para jedral
mendahuluinya.
Rakyat yang kala itu masih bodoh dicekoki dengan pernyataan-pernyataan pedas
tentang seberapa menyeramkan dan menyakitkannya sebuah pemberontakan. PKI terus
menyebarkan doktrin bahwa pemberontakan itu identik dengan kekejaman. Rakyat akan
semakin terkepung dalam kesengsaraan. Doktrin yang dilontarkan PKI itu terhadap rakyat
itu pada akhirnya berhasil membakar darah rakyat yang kala itu tengah dirundung duka
yang mendalam dan berkepanjangan akibat dari ketidak stabilan perekonomian di sebuah
negara yang masih muda ini. Akhirnya PKI mendapat restu dari rakyat yang telah
didoktrinnya untuk menumpas para jendral yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral.
PKI sendiri mempunyai kepentingan dalam penumpasan  ini. PKI adalah pendukung
terkuat Soekarno, dan Soekarno adalah pendukung terkuat PKI demi sebuah image bagi
dunia internasional bahwa Indonesia tidak mudah dimasuki pengaruh Amerika Serikat.
Memang Sokarno lebih menyukai politik sosialis demokratik seperti yang diajarkan Uni
Soviet kepada dunia kala itu yaitu pemerataan.
Karena PKI takut kehilangan dukungan dari presiden, maka PKI harus secepatnya
menumpas Dewan Jendral sebelum Dewan Jendral menggulingkan Soekarno. Maka
direncanakanlah sebuah aksi untuk menumpas Dewan Jendral. Akhirnya para pemimpin PKI
sepakat tanggal yang tepat untuk melakukan aksi adalah pada tanggal 30 September. >
Para pimimpin PKI melakukan rapat tentang aksi yang bakal mereka lakukan. Sedikitpun
mereka tidak menyinggung nama Soeharto karena memang Soeharto kala itu bukan siapa-
siapa. Dia tidak lain hanyalah seorang prajurit TNI berpangkat tinggi yang tidak
diperhitungkan dan tidak penting sama sekali.
Disisi lain, Soeharto sendiri juga mengetahui tentang adanya resolusi Dewan Jendral
dan mengetahui bahwa PKI akan melancarkan aksi untuk menumpasnya. Namun dia hanya
diam. Soeharto juga memiliki kepentingan jika PKI berhasil. Kepentingan Soeharto
sebenarnya adalah agar dia mulai dianggap penting dan kembali diperhitungkan di kancah
percaturan negeri ini sehingga dia bisa mendapat jabatan yang lebih penting dari jabatan
yang dia pegang saat itu. Dia biarkan PKI melakukan aksinya dengan membunuh para
perwira tinggi TNI yang memang memegang jabatan penting di negara. Dengan demikian
akan semakin berkurang saingan bagi Soeharto untuk meraih jabatan yang lebih tinggi dan
lebih penting dari sekedar panglima Kostrad.
Tanggal 30 September pukul 4 pagi, diculiklah 7 jendral yang menjadi target operasi
PKI. Mereka dibawa ke lubang buaya dan diserahkan kepada masa pendukung PKI yang
telah berkumpul di sana sejak sore hari tanggal 29  September untuk diadili dengan cara
mereka. Massa dibebaskan melakukan apa saja sesuka  hati mereka kepada para jendral
yang akan menambah kesengsaraan bagi rakyat tersebut. Massa yang berkumpul di lubang
buaya berpesta pora sebelum akhirnya menyiksa hingga mati para jendral tersebut.

 Pagi harinya, Soeharto yang telah
mengetahui hal ini mendapat laporan dari
beberapa ajudan jendral yang telah diculik.
Soeharto hanya tersenyum dalam hati karena
telah mengetahui bahwa semua ini akan terjadi.
Ambisinya untuk menguasai negeri dengan
pangkat dan jabatan yang dia miliki hanya tinggal
selangkah lagi.
Tahukah anda apa sebenarnya yang telah
direncanakan Soeharto sebelumnya yang disimpannya baik-baik dalam benaknya? Dia
biarkan PKI membunuh ketujuh Jendral tersebut, lalu memfitnah PKI telah melakukan
kudeta terhadap Soekarno sehingga orang-orang PKI yang mengetahui fakta sejarah dapat
dengan mudah disingkirkan dengan cara difitnah. Doktrin yang dilontarkan Soeharto adalah
bahwa PKI akan melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Soekarno. Mungkinkah PKI
akan menggulingkan pendukung terkuatnya? Tidak masuk akal. Ingat PKI dan Soekarno
saling mendukung, apa mungkin PKI melakukan hal itu?
Pagi harinya Soeharto bergerak cepat dan melangkahi tugas beberapa orang jendral
atasannya dengan memegang tampuk pimpinan TNI untuk sementara tanpa meminta restu
dari Presiden. Di buku sejarahku waktu SD ditulis,  “Mayjen TNI Soeharto dengan tangkas
memegang tampuk pimpinan TNI yang lowong sepeninggal A Yani.” Kalau bisa dan boleh
aku ingin mengedit tulisan di buku sejarahku dengan kata-kata, “dengan lancang Soeharto
memegang tampuk pimpinan TNI.” Masih banyak orang yang harusnya dimintai restu oleh
Soeharto atas inisiatifnya memegang tampuk pimpinan TNI.
Lalu dengan mudah Soeharto yang telah mengetahui semua seluk beluk aksi PKI ini
menumpas PKI. Hanya dalam waktu beberapa jam saja,  para pelaku pemberontakan PKI
ditangkap dan sebagian lagi kabarnya melarikan diri ke luar negeri. Lalu Soeharto
menyebarkan doktrin bahwa PKI telah melakukan kudeta terhadap kepemimpinan
Soekarno. Padahal PKI bermaksud menggagalkan kudeta yang akan dilancarkan oleh para
jendral tersebut. PKI dijadikan kambing hitam oleh  Soeharto atas apa yang memang
diinginkannya. Satu langkah Soeharto untuk menguasai negeri ini berhasil.

Supersemar
Suasana negara saat itu benar-benar memburuk. Negara yang masih muda ini serasa
berasa di titik paling bawah dari keterpurukannya.  Perekonomian anjlok, harga bahan
pangan menjulang, bahan pangan susah didapat dimana-mana, kerusuhan pecah di seluruh
wilayah negeri ini. Beberapa elemen masyarakat melakukan aksi yang berbuntut dengan
dicetuskannya Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Isi Tritura adl
1. Bubarkan PKI
2. Turunkan Harga
3. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI
Aksi beberapa elemen masyarakat ini di awali dengan aksi yang digelar oleh mahasiswa
yang menamakan dirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Gerakan mahasiswa
ini juga diikuti oleh elemen masyarakat lain seperti Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI),
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan lain-lain.Aksi-aksi inilah yang
kemudian memicu pecahnya revolusi di negara ini. Semakin lama situasi negara semakin
memburuk.
Situasi ini akhirnya yang memaksa tiga orang Jendral yaitu Letjen (yang baru naik
pangkatnya) Soeharto, Brigjen Amir Machmud dan Brigjen M Yusuf untuk menemui
presiden dan memaksa presiden agar segera memenuhi  tuntutan rakyat. Tritura harus
dipenuhi jika presiden ingin mengembalikan situasi  negara ke arah yang kondusif.
Soekarno menolak memenuhi tuntutan rakyat. Soekarno tahu bahwa ini semua hanya
kerjaan Soeharto yang memfitnah PKI sebagai pemberontak. Soekarno tahu betul, tidak
mungkin PKI berkeinginan untuk menggulingkannya namun Soekarno tidak memiliki bukti
yang otentik atas pernyataannya
tersebut. Soekarno tahu bahwa
aksi yang dilakukan oleh PKI
dengan nama G 30 S PKI hanya
bertujuan untuk menumpas
rencana kudeta militer yang akan
dilakukan oleh sekelompok perwira
tinggi yang menamakan dirinya
Dewan Jendral.
Setelah gagal untuk memaksa
presiden memenuhi tuntutan
rakyat, ketiga jendral tersebut
berinisiatif membuat sebuah surat
perintah atas nama presiden. Isi
surat perintah yang diberi nama
Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) hingga kini hanya
diketahui oleh hanya 4 orang,
ketiga jendral tersebut dan
Soekarno, namun karena tiga
diantaranya kini telah meninggal
dunia, maka kini hanya tertinggal
satu lagi saksi sejarah yaitu
Soeharto. Sayang, Soeharto pun
tidak ingin rakyat Indonesia tahu
apa isinya, maka dia lenyepkan
supersemar yang asli dan buat sebuah surat perintah yang palsu seperti yang kita tahu
belakangan ini melalui buku yang kita miliki ketika kita masih duduk di bangku Sekolah
Dasar.
Supersemar yang telah rampung dibuat diserahkan kepada Soekarno untuk
Teks Supersemar yang palsu, sedangkan yang asli, hingga kini tidak ditemukan
bangkainya ditandatangani, namun Soekarno menolak untuk menandatanganinya. Soekarno tidak mau
membubarkan PKI namun juga tidak mempunyai alasan yang kuat atas kehendaknya tidak
ingin membubarkan PKI. Sementara rakyat telah didoktrin oleh Soeharto bahwa PKI telah
melakukan pengkhiatan terhadap negara dan ingin menguasai negara ini dan
menjadikannya negara berfaham Komunis.
Menurut pengakuan dari seorang kakek tua tak lama setelah Soeharto lengser,
bahwa dulu ia bekerja di Istana Merdeka. Tugasnya adalah mengantarkan minuman buat
presiden. Pada saat ketiga jenderal itu sedang berada di ruang kerja presiden, sang kakek
memasuki ruangan dengan maksud ingin mengantarkan minuman bagi presiden dan ketiga
tamunya. Terkejutlah ia saat melihat presiden sedang menandatangani sebuah surat yang
diyakininya sebagai supersemar di bawah todongan Pistol.
Pada saat sang kakek mengungkapkan kisah ini, Jendral M Yusuf masih hidup, maka
ia diwawancarai oleh kru TV sehubungan dengan pernyataan sang kakek. Karena M Yusuf
berada pada posisi netral maka ia yang diwawancarai. Tapi sayang, saya sangat yakin bahwa
fakta yang diungkapkan sang kekek benar adanya, tapi demi menyelamatkan sejarah yang
sudah terputar balik dan tak mungkin diubah lagi, maka Jenderal M Yusuf membantah
bahwa presiden menandatangani supersemar di bawah todongan pistol. Tapi saya yakin dan
sangat percaya, Jendral M Yusuf yang kala itu sudah pensiun membantah hal itu karena ia
sadar, jika ia bongkar rahasia ini, maka terbongkarlah semua fakta sejarah dan Indonesia
kembali terombang ambing dalam keraguan. Mana yang benar? Sejarah versi Soeharto atau
M Yusuf.
Akhirnya supersemar ditandatangani oleh Soekarno, namun supersemar tidak
ditujukan kepada Soeharto. Hal ini membuat Soeharto panas, entah dengan cara apa,
Soeharto berhasil melenyapkan surat itu dan membuat pernyataan palsu dengan
mengatakan bahwa supersemar ditujukan kepadanya untuk memegang tampuk pimpinan
TNI untuk sementara dan mengembalikan stabilitas nasional.
Dua langkah Soeharto berhasil. Maka berpedoman pada surat perintah palsu yang
Dua langkah Soeharto berhasil. Maka berpedoman pada surat perintah palsu yang
dibuat oleh Soeharto sendiri, ia mulai bergerak dan membubarkan PKI serta antek-anteknya.
Sebagian besar masa pendukung PKI, Gerwani dan berbagai organisasi massa lain bentukan
PKI dibantai secara masal, sebagian lagi dipenjara. Ini dilakukan untuk menghilangkan jejak
sejarah agar semua kebusukan yang dilakukan oleh Soeharto tidak terungkap. PKI dijadikan
kambing hitam karena memang PKI pernah melakukan percobaan kudeta di tahun 1948. Ini
dijadikan alasan bagi Soeharto untuk semakin menjatuhkan PKI.
Setelah PKI dibubarkan, dengan wewenang palsunya Soeharto menyatakan bahwa PKI
adalah Partai terlarang di Indonesia karena bertentangan dengan Pancasila yang merupakan
ideologi bangsa Indonesia.
Pidato pertanggungjawaban Soekarno dalam
Sidang Umum MPRS tahun 1968 ditolak oleh MPRS.
Semua dipicu dari lambatnya Soekarno membubarkan
PKI dan menjawab Tritura. Setelah itu dipilihlah seorang
penjabat presiden hingga masa kepemimpinan Soekarno
berakhir. Pada saat itu memang tak ada pilihan lain,
Soeharto menjadi satu-satunya orang yang paling pantas
memegang jabatan itu. Soekarno (mungkin dengan berat
hati) menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada
Soeharto. Sejak saat itu Soeharto resmi memegang
jabatan sebagai Presiden RI melaui TAP MPRS No
XLIV/MPRS/1968 dan berkuasa selama 32 tahun hingga  akhirnya digulingkan juga dengan
cara yang sama seperti ia berusaha menggulingkan Soekarno pada tahun 1968.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar