14 Jun 2011

Semangat Kebangsaan Dan Kekuatan Mental Sebagai Pendorong Terwujudnya Indonesia Raya

Mengapa Prestasi Penting
Pencapaian prestasi tinggi makin penting dalam kehidupan bangsa masa kini dan masa datang. Umat manusia makin berkembang maju dan bangsa yang tidak mampu mengikuti irama kemajuan itu sukar menjamin kelangsungan hidupnya; kalau tidak sirna paling tidak akan berada dalam kondisi setengah mati setengah hidup.
Sekarang bangsa Indonesia diajak untuk mewujudkan Visi Indonesia 2030 yang menggambarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa nomer lima di dunia dalam tingkat ekonomi dan kesejahteraan. Dilihat dari sudut potensi yang ada pada Indonesia Visi itu bukan fantasi, karena Indonesia dikaruniai potensi Alam yang kaya dan besar variasinya, potensi Manusia yang cerdas dan fleksibel serta besar jumlahnya, dan kondisi geografis yang amat menguntungkan.
Masalahnya adalah bahwa Manusia Indonesia kurang sekali terdorong untuk mengeluarkan energi yang memadai guna memroses potensi itu menjadi kekuatan nyata. Akibatnya adalah bahwa sepanjang sejarah Indonesia sejak sirnanya Majapahit segala potensi itu justru dimanfaatkan bangsa lain, baik dalam bentuk penjajahan nyata di masa lalu maupun penjajahan terselubung serta berbagai usaha busuk bangsa lain di masa kini.
Agar supaya segala kemurahan Tuhan yang telah dilimpahkan kepada Indonesia menjadi bermanfaat bagi bangsa Indonesia sendiri diperlukan peningkatan prestasi Manusia Indonesia di segala bidang dan aspek kehidupan. Dengan jalan demikian Visi Indonesia 2030 dapat terwujud dan Indonesia Raya serta Pancasila menjadi kenyataan.
Tantangan Yang Dihadapi
Tantangan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah sikap mental Manusia Indonesia yang gumampang dan bahkan lemah. Terpengaruh oleh kondisi Alam yang mengelilinginya yang murah dan mudah, Manusia Indonesia cenderung bersikap manja dan lekas puas, tanpa dorongan dalam dirinya untuk mewujudkan yang terbaik, menjalankan segala sesuatu asal jadi tanpa minat untuk menghasilkan kualitas dalam pekerjaan.
Tentu ada perkecualian dan ada Manusia Indonesia yang kuat kemauannya untuk berprestasi. Akan tetapi karena mereka merupakan perkecualian maka jumlahnya sedikit. Akibatnya mereka terselinap oleh mayoritas yang lemah sikap mentalnya, bermental kuat dan bersikap tangguh cenderung dianggap menentang arus.
Selama Manusia Indonesia berada dalam lingkungannya sendiri sikap demikian tidak terlalu merugikan. Akan tetapi ketika harus berhadapan dengan manusia bagian dunia lain, khususnya yang berasal dari Alam Empat Musim, yang terbiasa gigih untuk menjamin survivalnya, maka timbul masalah besar bagi bangsa Indonesia.
Hal itu jelas sekali ketika Indonesia dijajah oleh Belanda yang untuk Jawa berlangsung sekitar 300 tahun. Padahal bangsa Belanda yang jauh lokasi asalnya hanya berjumlah tidak lebih banyak dari 5 juta orang waktu itu, sedangkan bangsa Indonesia yang di Jawa saja tidak kurang dari 30 juta orang. Akan tetapi karena Manusia Indonesia yang jadi penguasa mudah diadu-domba satu sama lain, disuap dan diintimidasi maka Belanda dapat menjajah bangsa Indonesia begitu lama. Juga dengan memanfaatkan Manusia Indonesia sendiri yang lemah mentalnya.
Tentu ada perkecualian dan ada Manusia Indonesia yang sanggup melawan penjajah, seperti Pangeran Diponegoro. Akan tetapi karena mereka sedikit jumlahnya, maka dengan efektif dapat dihancurkan penjajah, juga dengan memanfaatkan Manusia Indonesia sendiri.
Kekejaman dan ketidakadilan penjajahan, seperti politik Tanam Paksa, membuat rakyat Indonesia makin sengsara. Dalam kesengsaraan itu terjadi proses perubahan mental pada Manusia Indonesia dan jumlah orang yang melawan penjajahan makin meningkat. Inilah kondisi yang menumbuhkan pergerakan kebangsaan sejak permulaan Abad ke 20. Perubahan sikap mental menjadi makin kuat dan meliputi makin banyak Manusia Indonesia ketika Indonesia dikuasai Jepang secara kejam dan amat banyak menimbulkan kesengsaraan. Sikap mental Manusia Indonesia menjadi kuat dan sanggup melawan untuk menjamin kelangsungan hidup.
Adalah jelas bahwa perebutan kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan satu prestasi yang tinggi dan diakui semua orang. Itulah sikap mental yang tidak mau kalah dan menyerah dan yang mendorong untuk berprestasi untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Semangat Kebangsaan 1945 ini terwujud karena proses yang terjadi pada mental Manusia Indonesia yang sudah tidak mau lagi dijajah dan dikalahkan oleh siapa pun. Dengan Semangat 1945 telah terbentuk satu critical mass, satu kekuatan Penentu dalam masa kritikal. Generasi Pejuang 1945 yang menjadi critical mass itu mampu mendorong terwujudnya Negara Republik Indonesia. Perjuangan itu dapat memaksa Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949. Dengan dukungan rakyat Generasi Pejuang 1945 dapat membawa Republik Indonesia Serikat kembali ke Republik Indonesia yang diidamkan. Sejak sirnanya kerajaan Majapahit belum pernah ada satu negara Indonesia dengan ukuran wilayah dan penduduk seperti Republik Indonesia. Satu keberhasilan yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun.
Namun adalah kenyataan juga bahwa cukup banyak Manusia Indonesia yang tidak sanggup melawan penjajah dan memilih untuk berpihak kepadanya. Hanya Manusia Indonesia dengan Semangat 1945 merupakan perkecualian yang cukup banyak jumlahnya dan kuat mental serta semangatnya sehingga menjadi critical mass yang dapat menentukan mainstream atau arus utama perjuangan kemerdekaan. Tanpa peran Generasi Pejuang 1945 tidak mungkin terwujud Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Sayangnya kemudian Generasi Pejuang 1945 tidak cukup kesempatan dan kemampuan untuk menimbulkan perubahan terhadap kondisi mental dan semangat mayoritas bangsa yang masih lemah itu. Malahan setelah tahun 1950 makin terjadi penggerogotan terhadap sikap mental dan Semangat 1945, baik karena pengaruh dari mereka yang tidak turut berjuang maupun karena makin kuatnya pengaruh dunia luar. Boleh dikatakan bahwa sekarang sikap mental berdasarkan Semangat 1945 tinggal puing-puing belaka. Sikap mental Manusia Indonesia telah lemah kembali, sedangkan pengecualian makin sedikit jumlahnya sehingga prestasi makin sukar dicari. Orang bersikap semau gua dan dalam melakukan segala sesuatu cukup asal jadi, dan amat jarang yang mengejar excellence atau prestasi tertinggi.
Dalam pada itu umat manusia makin dilanda materialisme dan individualisme yang agressif yang bersumber dari dunia Barat . Hanya manusia yang kuat sikap mentalnya yang mampu menghadapi arus ini secara positif. Manusia Indonesia dengan sikap mentalnya yang lemah tidak cukup mampu mengendalikan diri untuk menghadapi materialisme secara positif, sebaliknya makin menjadi korban dari perkembangan itu. Akibatnya adalah bahwa kelemahan mental menimbulkan erosi dalam moral dan etika kehidupan bangsa. Semakin sukar dapat menemukan orang yang dapat dipercaya karena uang serta benda makin menguasai kehidupan. Itulah sumber korupsi yang kemudian menggurita kehidupan bangsa. Dalam keadaan demikian makin hilang sikap patriotisme dan Semangat Kebangsaan. Segala sesuatu hanya diukur dari sudut uang dan benda. Hal ini masih diperparah karena inferiority complex terhadap dunia luar makin kuat. Semua yang datang dari luar negeri selalu dinilai lebih baik dari milik dan buatan sendiri. Baik dalam menilai barang hasil produksi dalam negeri maupun dalam hasil pemikiran dan kebudayaan.
Lebih celaka lagi karena bangsa lain, termasuk yang hidup di sekitar Indonesia, dapat menghadapi perkembangan dunia dan umat manusia lebih positif, bahkan dapat memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk keperluan hidupnya. Mereka maju, sedangkan Indonesia mundur, dan inilah sumber kesengsaraan baru bagi bangsa kita, karena bangsa lain merasa kuat dan mampu untuk mengambil manfaat dari potensi alam Indonesia yang kaya sekehendak hatinya. Dalam Globalisasi yang melanda dunia berlaku hukum rimba The Survival of the Fittest atau Yang Lemah dimakan Yang Kuat. Orang memang bicara tentang pentingnya kerjasama antar-bangsa, tetapi kerjasama dalam Globalisasi hanya ada apabila pihak yang kerjsama sama atau hampir sama kekuatannya. Kalau tidak, maka tidak ada partnership yang seimbang. dan kerjasama adalah semu belaka karena didominasi yang lebih kuat.
Maka tantangan yang kita harus atasi adalah bagaimana menumbuhkan pada mayoritas bangsa sikap mental yang kuat yang dapat menghidupkan semangat untuk berprestasi, untuk menang dalam perjuangan dan menghasilkan yang terbaik bagi negara dan bangsa.
Usaha Mengatasi Tantangan
Usaha mengatasi tantangan, sekalipun tidak mudah, bukannya mustahil. Sisa-sisa Generasi Pejuang 1945 harus berusaha membangun sekali lagi satu critical mass dari mereka yang sepaham, yang masih menyadari pentingnya Semangat Kebangsaan dan kekuatan mental perjuangan. Masih ada orang-orang yang kuat sikap mentalnya dan sanggup serta mau berprestasi. Mereka terdapat di antara anak cucu Generasi Pejuang 1945 yang ingin mengikuti jejak ayah dan kakeknya untuk membangun Indonesia Raya. Juga banyak orang lain yang sama pendiriannya, seperti para mantan anggota Resimen Mahasiswa dan kalangan lain. Hanya mereka tanpa pimpinan dan bimbingan sehingga berada dalam kondisi tercerai-berai sehingga mudah sekali didominasi oleh yang lemah sikap mentalnya.
Maka usaha mengatasi tantangan harus dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
Pertama, konsolidasi dari mereka yang sebenarnya masih positif kondisinya dan dibangun menjadi satu critical mass.
Kedua, menumbuhkan sikap mental kuat dan semangat berjuang pada generasi yang lebih muda.
Untuk itu kita harus mengajak organisasi yang dekat dengan Generasi Pejuang 1945, seperti DHN Angkatan 1945, Legiun Veteran RI dan lainnya untuk diajak mengusahakan terwujudnya perjuangan ini. Perjuangan ini hendaknya menjadi satu gerakan cultural, yaitu usaha besar untuk mengubah Sikap Hidup Bangsa dari sikap lemah mental dan semangat ke sikap yang kuat karena dilandasi Semangat Kebangsaan serta sikap mental yang kuat. Jangan sampai usaha ini menjadi gerakan politik yang akan terjerat oleh kondisi perpolitikan Indonesia yang setengah bangkrut dilihat dari sudut perjuangan.
Usaha pertama, yaitu konsolidasi dari mereka yang sebenarnya masih positif keadaannya, sebaiknya diarahkan terutama kepada mereka yang berumur 30 sampai 60 tahun dan menduduki posisi pimpinan dan manajemen di Pemerintah, dunia Swasta, BUMN dan berbagai organisasi sosial.
Diidentifikasi siapa di antara mereka yang masih menunjukkan tanda dan kehendak untuk berprestasi tinggi, serta memiliki sikap mental kuat dan bekerja dengan semangat kuat. Sikap patriotik masih ada pada mereka sehingga tidak sudi dibawa ke pengaruh asing yang merugikan Indonesia.
Mereka yang telah diidentifikasi didekati dan diajak bergabung dalam satu hubungan erat dengan orang lain yang sama sikapnya. Hubungan itu dikembangkan menjadi satu jaringan (network) sehingga menimbulkan kesadaran pada mereka bahwa mereka tidak berjalan sendiri melainkan ada kawannya.
Diadakan kumpulan berkala antara mereka yang tinggal di daerah yang sama, kemudian diperluas dengan kumpulan antar-daerah dan akhirnya kumpulan pada tingkat nasional. Dalam kumpulan berkala dilakukan diskusi menyangkut pekerjaan mereka dan kondisi bangsa serta perkembangan internasional. Dengan cara demikian diusahakan agar mereka terangsang untuk berprestasi dan mengabdi untuk keselamatan, kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia.
Usaha kedua, yaitu menumbuhkan semangat mental kuat dan semangat berjuang pada kalangan muda, banyak tergantung pada keberhasilan usaha pertama. Sebab kalangan muda perlu diberikan bukti bahwa yang kita inginkan adalah benar dan masuk akal. Bahwa sifat mental dan semangat perjuangan yang kuat merupakan faktor penting untuk mencapai banyak macam tujuan, baik itu dalam bidang ekonomi, politik, militer, social dan bahkan olahraga. Pengaruh uang dan benda memang tak dapat diabaikan, tetapi tidak dengan sendirinya pemilikan uang dan benda menjamin pencapaian tujuan. Malahan sebaliknya, sekalipun ada uang dan benda, tetapi tanpa kekuatan mental dan semangat perjuangan jarang ada usaha mencapai tujuan dengan sukses.
Dengan memanfaatkan kader perjuangan yang tercipta dari Usaha Pertama, kita mengadakan kumpulan orang-orang muda untuk memotivasi mereka agar bersedia bersikap sama, yaitu menyadari pentingnya bersikap mental kuat dan bersemangat untuk mengabdikan diri pada terwujudnya Indonesia Raya yang maju, adil dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya. Dengan sikap dan semangat demikian makin banyak kaum muda hidup dengan komitmen yang kuat untuk berprestasi bagi masyarakat, negara dan bangsa. Mereka menyadari pentingnya disiplin dan pengendalian diri bagi kehidupan mereka sendiri dan membuat bangsanya lebih maju. Mereka melakukan segala sesuatu dengan dorongan menghasilkan yang terbaik, tidak lagi ada sikap asal jadi dan semau gua seperti sekarang. Makin kuat kesadaran tentang pentinnya kualitas dan excellence untuk membuat kehidupan bermakna.
Kaum muda akan menyadari bahwa tidak ada perjuangan yang serba mudah dan diperlukan kesabaran dan keuletan lahir-batin untuk mendatangkan keberhasilan. Makin kuat kepercayaan pada diri sendiri dan bersama itu juga saling percaya antara mereka yang sepaham sehingga menghasilkan solidaritas dan kekuatan yang efektif.
Semangat kebangsaan yang menguat bersama kekuatan mental menjadikan kaum muda lebih percaya diri terhadap dunia luar. Apalagi kalau didukung oleh keberhasilan di berbagai bidang. Tidak lagi kaum muda kita mudah kena propaganda dunia luar yang hendak memanfaatkan mereka. Sebaliknya juga tidak timbul kebencian terhadap segala yang asing atau xenophobia yang hanya merugikan bangsa kita. Dengan begitu kaum muda dan bangsa kita makin mampu membedakan apa yang bermanfaat dari dunia luar untuk kita integrasikan dalam asset perjuangan bangsa. Sebaliknya juga makin sadar akan pentingnya penguatan kembali asset nasional yang sudah tenggelam, seperti gotong royong, sikap sopan santun dan lainnya. Kerjasama dengan bangsa lain dapat menghasilkan manfaat kongkrit dan nyata yang menguntungkan perjuangan bangsa. Globalisasi tidak dapat lagi menjadikan Indonesia selalu dimakan dan dirugikan bangsa lain, seperti sekarang terjadi.
Dengan keberhasilan usaha kita, baik yang pertama maupun kedua, besar harapan Visi Indonesia 2030 menjadi kenyataan. Indonesia Raya dan Pancasila dengan kehidupan bangsa kita yang maju, adil dan sejahtera bagi seluruh Rakyat Indonesia menjadi Realitas Tak Terbantahkan di Bumi Indonesia yang kita cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar